Love and Lies of Rukhsana Ali #day15

Halo!

Jadi beberapa bulan lalu (iya, sudah selama itu sampai aku baru niat bikin review sekarang wkwk) aku baru aja baca beberapa novel buat ngisi kegabutanku di rumah.

Sebagai pembaca pemula, aku memulai dengan cerita dan tema ringan yaitu fiksi. Salah satu buku yang cukup menarik adalah novel yang berjudul "The Love and Lies of Rukhsana Ali".


Buku ini bercerita tentang Rukhsana, seorang gadis muslim Bengali yang hidup bersama keluarganya di Seattle, Amerika Serikat. As we know, sebagai keluarga muslim asia tentu banyak peraturan dari orang tua yang overprotektif. No parties, no shorts, no boys, no alcohols, arranged marriage, etc.

Sedangkan yang kita tahu sendiri, US adalah negara yang super bebas. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan banyak masalah dan dilema besar terutama bagi Rukhsana yang masih remaja. Rukhsana berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti dan memenuhi harapan orang tuanya yang konservatif, tapi akhirnya ia sadar bahwa itu sesuatu yang mustahil. 

Dan di akhir studinya di SMA kala itu, keinginan terbesarnya yakni satu: diterima kuliah di Caltech sehingga bisa pindah ke California dan hidup bebas tanpa campur tangan orang tuanya. Akan tetapi, perjuangannya nggak segampang itu. Bisakah dia memperjuangkan kehidupan yang dia inginkan tanpa kehilangan keluarganya?

[Spoiler alert! Stop reading if you wanna know the story by your own]

Novel ini menggabungkan berbagai masalah mengenai budaya, identitas, keluarga, dan cinta. Satu hal yang paling nggak aku duga di awal cerita, bahwa ternyata Rukhsana adalah seorang lesbian. Iya, lesbi. Aku sampai baca part itu berulang kali karena nggak yakin wkwk.

"I'd been together with Ariana for six months now" Rukhsana said.

And I am just like:
Wait wait, what? Is she dating Ariana? But Ariana doesn't seems like a boy name. Dudee, is she lesbian??!?

Well, yes. Kurang lebih seperti itulah aku di part itu wkwk. Bayangin deh, udah pacaran backstreet, lesbian, di tengah keluarga muslim pula. Rukhsana iki gendeng a? Wkwk, kebayang kan gimana beratnya cobaan dia buat memperjuangkan hidupnya?

Terlepas dari isu lgbtqia+++ tersebut, cerita itu tetap menarik untuk disimak karena cukup plot twist.

Aku cukup relate dengan cerita yang dialami Rukhsana, karena masih sesama keluarga Asia dan kita memiliki budaya yang serupa. Tentang banyaknya larangan dan aturan, menjadi social pleaser, tentang tua yang ingin tahu segala hal, tentang perjodohan, sampe hobi ghibahnya pun sama.

Ada beberapa percakapan yang aku highlight dari buku ini:

Ya kalo dipikir-pikir ada benernya juga

Ya ini bener juga

Terkadang, kita melakukan sesuatu hanya untuk diterima di sebuah lingkungan. Dari cerita ini kita jadi tahu, sebenernya masih banyak cacat dan luka yang terpaksa ditutupi di tengah society kita. Ketika kita merasa tahu banyak tentang seseorang, justru kita semakin nggak tahu apa-apa.

Novel ini juga menggambarkan Rukhsana sebagai sosok wanita yang kuat dan berani untuk memperjuangkan kehidupan yang dia inginkan. Walaupun dia agak barbar juga sih wkwk, tapi dia tetap patut diacungi jempol karena keberaniannya melawan ketidak adilan.

Cerita tentang keluarga dalam buku ini sangat heartwarming menurutku, benar-benar mencerminkan kehidupan keluarga pada umumnya, yang nggak sempurna. Nggak selamanya keluarga itu rukun dan harmonis, tapi banyak juga masalah dan cobaan.

Di bagian akhir aku sempet terharu waktu menyadari sebuah pesan, bahwa semarah-marahnya orang tuamu sama kamu, tetep orang yang paling sayang dan yang pertama kali memaafkan adalah orang tuamu juga.

What a lovely ending!

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini. Tapi segini dulu aja ya reviewnya, karena udah kelamaan jadi banyak yang lupa wkwkw. Buat para manusia gabut di luar sana, buku ini cocok buat menemani rebahan kalian. Atau buat kalian yang sibuk juga bisa banget baca ini di sela kegiatan kalian, karena ceritanya lumayan pendek. Bahasa yang dipakai di buku ini easy reading bangett! Sampe nggak kerasa kalo lagi baca buku basing karena nggak pake mikir.

See you tomorrow!

Comments