Bacotan Seorang Peserta

Tulisan ini bukan bertujuan untuk menjatuhkan suatu pihak. Kalaupun kelihatannya begitu, berarti gak sengaja HAHA. Tujuan sebenernya adalah murni cuma ingin melampiaskan keluh kesah dan sharing mengenai kejadian yang aku alami beberapa waktu lalu.

Jadi, beberapa waktu lalu aku ikut lomba desain infografis di salah satu universitas. Sebut saja MBF 2019. Eh ngga ding, emang itu nama lombanya. MBF ini diadakan oleh salah satu himpunan jurusan di IPB.

(Mungkin tulisan ini bakal sangat ngebosenin karena aku akan bercerita dengan sangat kronologis. Kalian bisa skip saja post ini wkwk)

Awalnya, nggak ada yang aneh dari lomba ini. Poster oke, juknis oke, dan CP yang dihubungi pun cukup responsif. Tepat 24 Juli, desain poster dan sebagainya aku kumpulkan. Tanggalnya bertepatan dengan deadline pengumpulan desain. Dan keesokan harinya (tanggal 25 Juli), ada info pengumpulan karya gelombang 2. Lupa sampai kapan, aku nggak begitu peduli.

All is fine…
.
.
Sampai tiba 7 Agustus. Hari itu, sesuai yang kubaca di juknis, adalah hari pengumuman finalis lomba. Aku sempet ngecek beberapa kali dan nggak ada informasi apa-apa. Aku mulai bingung, kok bisa nggak ada informasi sama sekali?

Karena penasaran, aku sempet lihat beberapa media sosialnya dan mendapati info bahwa ternyata pengumuman finalis itu diumumkan tanggal 17 Agustus. Ooh, okelah. Mungkin info di juknis salah.

Info di juknis kaya gini

Info di poster kaya gini

17 Agustus, aku kembali ngecek media sosialnya dan masih tetep nggak ada informasi apa-apa. Aku mulai curiga, ini lomba sistemnya gimana sih kok nggak jelas gini? Kemudian aku cerita ke Alya. Dia menyarankan buat menelusuri kontak yang lain, seperti akun himpunannya, akun bem fakultasnya, akun pengurus-pengurusnya, karena ditakutkan lomba ini ternyata penipuan. Setelah aku cari cari, ternyata lomba itu emang ada dan menjadi acara tahunan di himpunan mereka.


info di poster beda lagi

28 Agustus, tiba-tiba aku dijarkom sama CP-nya. Informasi yang diberikan nggak bikin kita paham, justru malah bikin aku semakin mengernyitkan dahi. Udah gitu, pake salah forward lagi (sumpah ini aku gak paham lagi huft). Di jarkom tertulis deadline tanggal 1 September dan pengumuman tanggal 5 September. Padahal, di instagram ditulis kalo deadline tanggal 5 September.

Info di IG kayak gini


Tapi info yang dijarkom beda lagi

Awalnya aku mau bersikap bodo amat, lama-kelamaan aku gak tahan karena ini sudah keterlaluan. Gimana bisa informasi yang disampaikan simpang siur begini? Apa nggak di cross-check dulu sebelum disebarkan? Akhirnya aku komplain ke CP-nya. Aku berusaha memakai bahasa sesopan mungkin untuk menghindari baku hantam dengan TMB hahaha. Eh nggak ding, emang harus sopan karena kita mahasiswa.

Dia menjawab kaya gini.


Dengan berat hati aku merasa aku harus memberikan kesempatan terakhir buat percaya. Karena seperti yang kalian lihat, dia menjawab dengan sangat yakin.

8 September, untuk kesekian kalinya aku kembali mengecek di instagram dan masih nggak ada info apa-apa. Tanpa pikir panjang aku langsung ngehubungin CP-nya lagi (masih dengan bahasa yang sopan, wkwk). Kemudian dibalas seperti ini:


Entah kesabaranku yang sudah habis atau gimana, jawabannya seolah menggampangkan dan mempermainkan kepercayaan peserta. Selain itu, kita juga nggak diberi kepastian lebih lanjut.

Aku bener-bener nggak respek dengan pernyataannya “pemenang akan diumumkan pada maksimal 8 september karena perubahan keputusan dari dewan juri”. Dia sendiri lo yang memberikan info tanggal. Udah gitu, dengan sangat mantapnya dia bilang “maksimal 8 september”. Bagaimana bisa dia mengingkari janji yang dia buat sendiri? Kenapa nggak sejak awal bilang aja kalo bakal diumumin tanggal 15 september, sehingga nggak perlu berusaha “menenangkan hati peserta” tapi malah jadi kebohongan mengada-ada?

Karena nggak tau lagi mau cerita ke siapa, akhirnya aku mengadu ke Adis setelah tau kalo mereka itu satu fakultas di IPB. Setelah cerita panjang lebar, Adis langsung menyahut. “Siapa tuh fet? Sini minta nomernya, biar aku bacotin. Ntar aku bilang aja aku ITP 52”. Huahaha ancen terbaikk senior ITP yang satu ini :*

Sambil menunggu balasan dari si adik tingkat, Adis juga cerita. TMB itu di forum fakultas memang sering berantem debat gajelas tentang masalah-masalah kecil. Ooh, aku mulai maklum. Mungkin memang didikannya seperti itu wkwk. Tapi justru nggak masuk akal bagiku kalo mereka suka mempermasalahkan hal-hal kecil tapi justru mengabaikan masalah yang besar kayak gini.

Setelah itu aku dikirimin percakapan Adis dan pihak MBF. Di situ terlihat emang jawabannya cukup mbulet, wkwk. Ditanya ini, jawabnya itu. Aku sangat nggak terima waktu dia bilang “kita sesuai aturan di juknis awal, Kak” padahal jelas-jelas yang nggak ngikutin juknis adalah panitianya sendiri. Ofkors Adis langsung membalikkan omongan mereka dengan mengirim bukti screen shoot juknisnya.



Satu hal yang masih bisa aku apresiasi adalah CP-nya cukup responsif. Dia masih mau menjawab pertanyaan dan hujatan peserta, walaupun jawaban yang diberikan juga nggak jelas dan berbelit-belit wkwk.

Di akhir percakapan, si panitia akhirnya sempet mengeluarkan pernyataan secara insplisit. “Iya kak, banyak yang tanya-tanya juga. Tapi kami selalu update pengumuman terbaru di ig”. Artinya, yang merasa kebingungan dengan sistem lomba ini nggak cuma aku. Lalu nggak ada tindak lanjut dari kalian, gitu?

Dan yang sangat menjadi ironi buatku adalah ketika Adis bilang “setauku MBF ini acara besar fet, acara kebanggaannya mereka”. Iyasih acara besar, tapi kenapa sistemnya gak jelas kaya gini? Kalo memang itu acara kebanggaan kalian, just fcking prove it man. Buatlah MBF menjadi acara yang matang. Menjadi benar-benar spektakuler. Sehingga, kelak MBF bukan hanya menjadi kebanggaan kalian sebagai anak TMB aja, tapi kebanggaan bagi kita sebagai peserta yang berpartisipasi di sana.

Berdalih pesertanya sedikit? Meh, menurutku itu masalah klasik yang terjadi di kebanyakan lomba himpunan/BEM. Don’t u guys make other plans, like plan B, C, or even until Z? Jangan karena pesertanya sedikit, lantas dengan mudahnya lomba itu dibiarkan terbengkalai tanpa ada info yang jelas. Atau kenapa nggak dari awal aja kalian tiadakan lomba ini? Toh, mengurangi beban kerja kalian kan? Kalian jadi bisa lebih fokus ke dua lomba utama dan tetek bengek lainnya.

Aku penasaran, nggak ada kah rapat koordinasi buat acara ini? Dan emangnya nggak ada kah teman sejawat kalian yang mengoreksi info sebelum disebarkan? Yang mengingatkan tentang timeline lomba kalian sendiri. Apa susahnya sih menuliskan kata ralat pada info-info yang misleading? Atau kalian sengaja menutup mata dan telinga seolah nggak terjadi apa-apa?

Aku cukup kecewa karena himpunan sekelas IPB bisa melakukan ketidakjelasan yang fatal kayak gini. Emang, sebenernya nggak boleh menilai dari universitasnya. But heey, ini IPB loh. Kalian nggak malu sama almamater kalian?

Sumpah aku berapi-api banget ini nulisnya WKWK.

Dan FYI, sampai sekarang aku masih nggak tau gimana keberlanjutan dari lomba itu. Aku bukannya terlalu ngebet buat menang. Malahan, aku udah nggak begitu berharap gara-gara keseringan aku maki-maki wkwkw (sebenernya aku juga agak takut kualat HAHA). Aku cuma mau menuntut hak untuk peserta.

Well, kalo sampai 15 September ini masih nggak ada informasi apa-apa, aku sudah gatau mau kecewa kayak gimana lagi. Semoga tulisan barbar ini bisa sedikit menggambarkan kekecewaanku. Dan semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini. Maaf kalo ada salah kata atau perilaku yang menyinggung (aku tau, pasti banyak. wkwk)

Sekian, selamat malam.

Comments

  1. Woh emang daebak mbak satu ini ya. Almamater besar belum tentu berisi anak2 yg kritis dan memikirkan hal kecil beda dengan kita yg berada di almamater yg kadang di pandang sebelah mata tapi benar2 memikirkan semua tetek bengek secara detail ketika mengadakan acara. Semangat terus ya kak nulisnya🙇

    ReplyDelete
    Replies
    1. Exactly!!! Kadang aku ngerasa, kuliah disini justru memberikan kita ruang lebih untuk belajar dan berproses lebih banyak, tanpa harus terikat dengan stereotip masyrakat. Lho kok jadi bahas ini wkwk.

      Kembali lagi, karena yang seharusnya dinilai adalah orangnya itu sendiri, bukan almamaternya. Terima kasih atas komentar dan dukungannya! :))

      Delete
  2. Iya sih, tidak diberi kepastian itu gak enak banget, jadi simpang siur dan kesel sendiri jadinya. Sebagai orang yang perfeksionis yang syalalala kalo ngalamin kejadian kaya gini, pasti kepikiran setiap hari wkwk.

    Tapi sebagai orang yang pernah ngerasain juga gimana rasanya ngadain event yang aselole jos, jadi bisa memaklumi sih, dan sambil menerka-nerka akhirnya cuma bisa ketawa hehehe.

    Betewe menang gak?

    ReplyDelete

Post a Comment

Apa pendapat kamu? Yuk sharing! :)