My 2nd Workiversary: What This Journey Has Taught Me


Kalo tahun lalu aku merayakan satu tahun bekerja di kota kecilku, Bontang, tahun ini aku merayakan 2nd workiversary alias dua tahun bekerja di Kuningan, Jawa Barat.

Masih di workplace yang sama, masih dengan suasana yang sama, hanya aku saja yang kebetulan merayakan 25 November ketika tengah melakukan perjalanan dinas.

Yap, aku baru aja mengikuti pelatihan selama beberapa hari di Kuningan. Jujur, ini adalah pelatihan termahal yang pernah aku ikuti – tentu saja dibayarin kantor. Dan setahuku, ini juga adalah pertama kalinya kantor mengakomodir pelatihan karyawannya ke luar kota. Tentu saja kesempatan ini nggak aku sia-siakan.

Aku berangkat bersama satu teman kantorku, mba Lusy dari divisi SDM dan operasional. Aku excited banget karena akhirnya bisa traveling lagi bareng temen! 😆

Tempat pelatihan kami ada di Kuningan, sebuah kabupaten di lereng Gunung Ciremai, Jawa Barat. Dari bandara Soekarno-Hatta, kami masih harus lanjut naik Damri 30 menit ke stasiun, lanjut naik kereta 3 jam ke Cirebon, dan naik taksi online 40 menit ke Kuningan.

Sekitar pukul 14.30 sore, kami tiba di tempat pelatihan disambut hujan dan dingin.

Nah ini nih yang cukup unik, penginapannya berupa Hotel Capsule! Kami menginap di sana karena sudah sepaket dengan fasilitas pelatihan yang kami ikuti.


Buat kalian yang belum tahu, hotel kapsul itu adalah hotel yang kamarnya cuma seukuran 1,2x2 meter alias kasur doang. Kalian nggak bisa berdiri, kayang, apalagi roll depan. Buat duduk aja kepala udah mentok sama plafon. Kegiatan selain tidur seperti makan, sholat, mandi, dan nyimpan koper semua dilakukan secara sharing di communal space. 

Kalo boleh milih ya sebenarnya penginnya di kamar hotel beneran, karena kalo di capsule hotel gini jujur jiwa introvertku agak meronta-ronta wkwk. 

Tapi aku terima ini sebagai tantangan sekaligus experience baru sih. 

Kamar cewek terdiri dari 24 kapsul, dan kami datang pertama. Aku dan mba lusy bingung banget karena nggak dibriefing oleh petugasnya. "Taruh koper dimana ya?" "Di dalem kamar boleh makan nggak ya?" tapi yaudah lah kita coba eksplor aja sendiri wkwk.

Makin sore, beberapa peserta lain mulai berdatangan. Kami sesekali menyapa dan ngobrol.

* * *

Besoknya, jam 3 pagi aku sudah terbangun karena mendengar suara orang-orang yang juga mulai beraktivitas. Kami bergantian kamar mandi untuk mandi dan wudhu, karena kamar mandi cuma empat. Jam 5an matahari mulai muncul, sebagian orang keluar jalan pagi sebelum kelas dimulai. Aku tidur lagi karena aku nggak biasa bangun sepagi itu wkwkw.

Jam 7 pagi, kami berangkat ke ruang pelatihan. Pelatihan yang kami ikuti adalah "How to Be The World Class Manager" yang diselenggarakan oleh HumanPlus Institute dan diikuti oleh 70an orang dari segala penjuru Indonesia.



Jujur, aku lumayan impresif dengan materi yang diberikan.

Materi yang disampaikan bener-bener lengkap dan runtut. Karena kalo ngomongin manager kelas dunia, itu bukan cuma tentang mengelola perusahan dan karyawan, tapi intinya dimulai dari mengelola diri sendiri. Kalo belum bener ngelola diri sendiri, kita nggak bakal bisa nge-manage orang.

Dan itu semua kita pelajari di sini. Mulai dari kemampuan managerial, problem solving, sampai mengembangkan potensi diri, cara mengelola pikiran, mengelola waktu, bahkan mengelola emosi juga ada.

Nggak usah aku ajarin materinya di sini yaa, nanti kepanjangan. Mending kalian aja yang ikut sendiri biar langsung belajar dari ahlinya wkwk.

Cara pemateri menyampaikan materi juga profesional dan luwes banget. Pembawaannya terkesan santai, tidak terburu-buru, dan ringan, tapi tetap memunculkan sikap berwibawa dan intelek. Asli, dengerin materi berasa diceritain dan nggak berasa bosen sama sekali. Semuanya terasa mengalir dari materi 1 sampai terakhir.

Cara beliau menjawab pertanyaan pun enak banget. Singkat, padat, dan selalu to the point. Aku takjub banget, semua pertanyaan bisa beliau jawab tanpa berpikir, semua di luar kepala. Padahal yang kita tanyain itu semua problematika bisnis yang kadang sampe bikin kita nggak tidur mikirinnya.

Karena judul pelatihannya "How to Be World Class Manager", otomatis orang yang datang itu kalo nggak manager, CEO, business owner, atau minimal supervisor. Sedangkan kami cuma staff. Jujur awal-awal aku cukup minder, apalagi obrolan santai mereka bener-bener ngomongin bisnis. Gaada yang pengin bahas series Alice in Borderland season 3 gitu? Wkwk.

Namun makin lama aku sadar, kita semua di sini adalah pembelajar. Di kelas, nggak ada yang lebih hebat atau lebih bodoh. Dan walaupun saat ini aku masih staf, aku niatkan aja ilmu yang aku dapatkan di sini bisa aku gunakan untuk mempersiapkan aku menjadi manager di suatu saat nanti (aamiin).

WCM Batch #134 

Foto bersama coach dan warga kapsul

Nggak hanya materinya, aku sangat takjub dengan hal-hal kecil di sini. Kayak betapa ontime-nya acara di sini. Rundown mulai jam 08.00, ya 08.00 tet kita sudah mulai. Dan hebatnya, semua peserta pun sudah siap juga. Wow, aku yang katro ga pernah ikut pelatihan berbayar apa gimana ya wkwk.

Lalu, ice breaking tiap sesi juga menurutku selalu seru dan beneran works untuk bikin kita makin fokus. Aku yang awalnya takut banget banget ketiduran (karena di kantor aku punya jam ngantuk di jam 10 dan jam 14 wkwk), tapi entah karena ada ice breaking dan juga materinya yang menarik, aku bisa full melek sampe sore.

Iya ges, sebuah pencapaian luar biasa tiga hari pelatihan aku bisa fokus banget mendengarkan tanpa tidur 😭👏

Emang harus sambil ngunyah biar ga ngantuk 🙏

Alhamdulillah we did it!

Kemudian ngomongin makanannya. Aduh cemilan dan lunch di sini semuanya aku approved alias enak-enak semuaaa. Kue dan nasinya bukan tipe yang fancy banget, tapi selalu enak dan cocok di lidahku. Apalagi dimakan waktu abis mikir itu rasanya dua kali jadi lebih lahap wkwk. Aku yang biasanya nggak suka menu prasmanan karena itu-itu aja, eh di sini kok jadi doyan.

Approved by picky eater a.k.a me 👍

Coffee break ter-epic: salad buah dong, mana enak lagi.

Kami selesai pelatihan tiap harinya di sore hari. Biasanya kami manfaatkan waktu kosong di malam hari buat keliling beli makan sekalian jalan-jalan di sekitar penginapan. Kami juga nyobain beberapa makanan khas sini kayak Empal Gentong, Nasi Jamblang, dan Kupat Tahu. Rasanya menyenangkan deh, kalo ketemu warga sekitar yang tahu kami peserta "Tinggal di mana neng? Di Bu Sepuh (penginapan kami)? Ooh ikut pelatihan ya?" karena kami jadi tahu pelatihan itu nggak cuma bermanfaat buat kami, tapi juga ikut berkontribusi buat perputaran ekonomi di daerah itu.

Nasi Jamblang dan Empal Gentong

Kupat Tahu

Sekarang mari kita bahas lebih detail tentang kapsul dan orang-orang di dalamnya.

Aku baru sadar, ternyata memang atasanku bela-belain tempatkan kita di kapsul bukan tanpa alasan. Bukan karena biar hemat budget (yaa mungkin itu juga sih alasan kecilnya), tapi karena ingin kami bisa merasakan pengalaman tinggal bareng orang-orang hebat. And yes, stay di hotel kapsul jadi salah satu highlight terbesar di trip ini. Seruu bangeett!!

Sebelum ini, aku udah beberapa kali menginap di hotel kapsul, dan semua hotel selalu menjadi experience yang baru dan seru (dan juga menantang) buatku. Bukan masalah fasilitas kamarnya. Aku nggak masalah dengan kondisi kamar sempit, kamar mandi sharing, nggak ada air panas, dll. Sejauh ini, kamarnya nyaman dan cukup banget buatku. Cuma airnya aja yang buset dingin banget wkwk.

Yang menjadi tantangan bagiku adalah 24/7 berkumpul di kerumunan. Kamar yang biasanya menjadi area aman dan privasi buatku, tapi kali ini harus kuturunkan egoku untuk membuka ruang aman ini. Agak capek juga rasanya harus mode "waspasa" 24 jam penuh wkwkw. 

manjat sana manjat sini

Tapi alhamdulillah, tinggal di sini berkesan banget! 

Kami berasal dari daerah yang berbeda-beda, mulai dari Bekasi, Bandung, Kediri, Surabaya, dan tentu saja kami yang paling jauh dari Bontang. Dari segi umur kami juga punya rentang yang jauh. Mungkin ada yang fresh graduate, ada yang sudah berkeluarga, sampai ada yang sudah punya cucu. Untungnya juga kami semua adalah peserta pelatihan, jadi lebih gampang akrab. Adaa aja tiap hari yang bikin rame. 

Kalo lagi ada PR, seru banget denger semua orang sibuk ngerjain sambil diskusi, sambil kadang ngedumel "yaelah banyak banget dah PR-nya. Kagak ade masalah kok disuruh cari masalah, stress lah gua" wkwkw. Atau kalo lagi pada ngumpul malem sembari menunggu azan, rasanya menyenangkan bisa dengerin sharing dan celetukan-celetukan random mereka.

Mengerjakan PR di kamar mungilku

Kalo kamu ekstrovert, hotel ini adalah surga buat kalian. 

Tiap pagi, jam 3 aku selalu terbangun karena sudah mulai ada suara-suara. Sekecil orang nyalain keran aja udah bikin aku bangun. Mereka udah mulai mandi dan sholat tahajud.


Bersyukurnya aku kumpul dengan orang-orang ini adalah mereka taat banget. Itu area depan gak berhenti-berhenti orang solat dan ngaji cuy wkwk. Sholat maghrib rame, sebentar rame lagi sholat isya, agak maleman dikit ada yang tahajud, aku merem bentar udah ada lagi yang sholat subuh, gak lama lanjut sholat dhuha. Begituu terus. Masyaallah adem bener lihatnya.


Love kamar P1 ku 🤍

Salah satu orang yang akrab dengan kami adalah ibu-ibu dari komunitas UMKM di Jabodetabek,
sebut saja Bu Janti dan Bu Sri. Mereka berdua datang setelah kami, dan mereka ramah dan ceria bangeet 😆

Pagi hari sebelum pelatihan, kami pernah ikut mereka berdua jalan-jalan ke pasar. Nggak ada yang dicari, cuma jalan-jalan dan foto-foto doang wkwk. Baru kali ini loh aku se-sumringah ini foto depan pasar 😂 Puas foto-foto di taman dan pasar, kita lanjut sarapan kupat tahu di sebelah pasar dan lanjut pulang naik angkot karena udah mau jam masuk. Alhamdulillah ditraktir Bu Jantii heheh.

Walaupun destinasinya sederhana, tapi sepanjang jalan kami ngobrol panjang dan seru. Dan sejak itu, kami jadi lebih akrab sampai sekarang.



Mereka berdua, walaupun sudah tidak muda lagi tapi semangatnya jangan diragukan. Ketika pelatihan, mereka berdua selalu duduk paling depan, dan fokus memperhatikan. Bahkan waktu ngerjakan PR, mereka memang yang paling rame ngedumel "Ya Allah stress banget gua ngerjain PR" tapi mereka selesai paling pertama dong, di saat aku baru mau mulai ngerjakan. Keren banget ibuu 😭👏

Dan lagi, mereka berdua ini ayokan banget orangnya. Ketemu tempat yang menarik, mereka langsung "oke besok kita kesana". Cocok lah sama kita yang juga mauan ini wkwk. Selesai pelatihan dan waktunya pulang, tiba-tiba kami ditawarin untuk nginap di rumah sodaranya Bu Sri di Cirebon karena kebetulan Bu Sri dan Bu Janti mau lanjut jalan-jalan lagi. Ribuan tawaran dicoba tapi terpaksa kami tolak karena sungkan, selain itu rumah sodaranya agak jauh dari stasiun kota.



Walaupun kita nggak jadi nginep, kita tetep diajakin mampir ke rumah saudara beliau. Jadi kita naik grabcar bareng-bareng sekalian turun ke Cirebon. Rasanya hangat sekali bisa ikut silaturahmi ke sodara-sodara beliau. Ya Allah, sungguh unik pertemanan inii wkwk. Sehat-sehat selalu Bu Sri, Bu Janti, dan sekeluargaa. Semoga silaturahmi ini tetap terjalin dan bisa ketemu lagi di lain kesempatan 🥰

Selain mereka berdua, ada satu lagi peserta yang nggak kalah bikin aku kagum: Teh Ima dari Java Sporties.

Awalnya melihat Teh Ima tuh tipe orang yang emang keren. Di hari pertama, dia datengin tiap orang di masing-masing meja untuk kenalan. Wow. Selain itu, ia selalu duduk depan, rajin bertanya tiap ada sesi diskusi, cheerful, dan ramah banget.

Yaudah, emang keren dan berprestasi aja gitu. 

Tapiii begitu iseng melihat story-nya yang dia cerita kalo dia deg-degan parah sebelum bertanya, dia harus mengumpulkan banyak keberanian buat angkat tangan dan memuji pemateri, itu justru yang bikin aku makin takjub. 

Ternyata dia tuh manusia biasa kayak aku ya? Manusia yang aku lihat keren itu ternyata juga punya ketakutan seperti aku. Dia juga struggle untuk mengalahkan rasa takutnya. Berarti, harusnya aku bisa juga ya? 

Makasih ya Teh Ima sudah menyadarkanku. Kamu inspiring sekali 🥹

Sekarang ngomongin partner dinasku. Alhamdulillah, bersyukur sekali aku ditemani Mba Lusy yang friendly parah. Literally semua orang diajak ngobrol cuy. Abang-abang nasi goreng, supir taksi online, sampai kasir toko pun nggak lepas dari target mengobrolnya. Keren banget. Aku mah boro-boro. 1-2 hari di sana energi sosialku udah habis dan dijamin bakal jutek kalo diajak ngobrol, apalagi pas capek wkwk.

Setelah beberapa hari perjalanan bersama, aku menyadari sesuatu. Kami punya idealisme dan cara problem solving yang berbeda jauh. Kayak ketika kami kebingungan arah, solusi pertamaku adalah melihat peta, sedangkan ia bertanya ke orang lain. Ketika mau pesan Damri, solusiku memilih pesan online lewat apps, sedangkan ia cenderung "kenapa kita nggak pesan langsung di outlet aja?"

Siapa yang benar? Yaa nggak ada yang salah atau benar sih. Tapi pemikiran kami yang berbeda itu jadi menambah POV baru satu sama lain. Semoga dengan adanya perbedaan ini bisa bikin kita bersinergi, bukan menambah dinamika.

Terima kasih sudah eksplor dan belajar bareng! Kalo nggak ada beliau, perjalananku tidak akan seseru ini hihi.




Semua moda transportasi sudah kami jajaki 😆

Thank you for exploring together! 🥰


Wishlist checked: Nyobain Ciomy di kereta ✅

Jajanan wajib tiap ke bandara

Buatku, pelatihan ini bukan cuma jadi perjalanan dinas biasa. Seperti yang tadi sempat aku singgung, di balik ini ada perperangan batin yang luar biasa di dalam diriku.

Perang bagaimana aku bisa meluluhkan ego dan kesombongan yang ada dalam diri ini. Perang menghilangkan prasangka "ah ini mah aku juga udah tau" yang seringkali muncul tanpa disadari. Perang melunakkan keras kepala dan sok tahu di tengah ilmuku yang masih sedikit ini.

Bahkan nggak cuma perang melawan ego yang tinggi, bahkan aku juga berperang dengan rasa rendah diri yang terus muncul. 1000x kali terlintas di kepalaku "Apa aku pantas ikut pelatihan ini?" "Apa aku pantas duduk bersama manager, supervisor, dan CEO yang hebat?" "Kayaknya kantor salah milih orang deh".

Bahkan dari seminggu sebelum perjalanan ini, aku selalu sounding diriku sendiri: aku niatkan perjalanan ini sebagai bentuk ikhtiar untuk meng-upgrade diri. Kalo memang aku nggak pandai, jadikan itu sebuah kesempatanku untuk belajar lebih. Aku mengakui aku memang nggak jago. Aku datang sebagai kanvas putih, yang siap diisi dengan apapun. Dan aku bener-bener nggak berekspektasi apapun selain menambah ilmu.

Karena aku tahu, mau semahal apapun pelatihannya, sepandai apapun coach-nya, kalo hati ini masih tertutup untuk menerima ilmu baru, ya aku nggak akan bisa menyerap ilmu apapun. It's all or nothing.

Alhamdulillah, aku bisa belajar dengan baik dan semoga ilmunya bisa aku terapkan secara konsisten di kehidupan sehari-hari.

* * *

Ini adalah "kado" anniversary kerjaan yang sangat berkesan buatku. 

Bukan karena mahalnya biaya pelatihan, tapi karena mahalnya semua pengalaman dan pembelajaran yang aku dapatkan selama perjalanan ini. Dari titik aku ditunjuk aja, aku udah melewati banyak pembelajaran. Di kepalaku muncul semua ketakutan, tapi dengan terpilihnya aku bikin aku berpikir, mungkin aku layak. Kalo atasanmu aja percaya dengan potensi dirimu, masa kamu sendiri nggak fet?! Wkwk.

Semoga journey ini bisa memberi manfaat buatku dan tempatku berkembang sekarang.

Mungkin nanti aku akan cerita lebih lengkap tentang perjalanan dua tahun berkecimpung di startup lokal ini, tapi nggak sekarang. Untuk saat ini, mari saling mendoakan semoga kita bisa terus memberikan manfaat dan kebaikan satu sama lain.

Semangat, para pencari rezeki!

Comments

  1. semoga akan ada trip-trip perjalanan selanjutnya😍

    ReplyDelete

Post a Comment

Apa pendapat kamu? Yuk sharing! :)