I'm Officially A Potterhead!
Halo!
source: Amazon |
Yap, sesuai judulnya: I’m now a (newbie) Potterhead! Wkwk.
Sekuel Harry Potter pasti sudah nggak asing lagi ya. Bisa dibilang, itu tontonan
wajib di TV waktu jaman liburan dulu (setelah Home Alone dan The Polar
Express, lol). Namun karena dulu aku cuma bisa mengakses lewat saluran TV
dengan jadwal yang nggak kutahu, itupun kepotong-potong karena telat, aku nggak pernah mendapatkan gambaran yang utuh tentang
cerita Harry Potter.
Tahun lalu, aku memutuskan untuk coba menamatkan ketujuh buku Harry Potter
beserta kedelapan filmnya secara urut. Aku ingin mencoba menjawab rasa
penasaranku: kok bisa sih temanku jaman SD dulu udah tergila-gila dengan film
ini?
Jujur menyelesaikannya butuh waktu cukup lama, karena yaah tau lah, saya
pemalas sekali orangnya wkwk. Akhirnya setelah setahun lebih, aku
berhasil menyelesaikan series buku dan film Harry Potter. Yay! Aku tahu aku telat 20 tahun untuk mereview buku ini, but why not?
Here’s a review from my own perspective.
Sebelumnya aku mau hats off dulu untuk penulisnya, J.K. Rowling yang sudah membuat Wizarding World yang begitu nyata. Untuk ukuran buku dengan genre Children's Fantasy, ceritanya lumayan kompleks dan menarik untuk dinikmati segala usia. J.K Rowling membangun dunia sihir yang super duper detail di segala aspeknya.
Tokoh utama di cerita ini, The Golden Trio Harry-Hermione-Ron
sengaja dibuat menjadi perpaduan yang pas. Harry yang pemberani namun
gegabah, Ron yang loyal dan supportif, dan diimbangi oleh Hemione yang cerdas dan banyak akal.
source: harrypotter.fandom.com |
Besar di keluarga muggle a.k.a non-magic people, tokoh Harry jadi sebuah jembatan cerita yang penting antara dunia sihir dan dunia nonsihir. Harry membuktikan bahwa dunia sihir dan nonsihir ada di dunia yang sama, cuma mereka emang tersembunyi. Kita diajak ikut merasakan kagetnya Harry ketika tahu kalau dunia sihir itu ada.
Harry bukan sosok protagonis yang aku dambakan. Sifatnya yang terlalu heroik itu jatuhnya malah selalu menimbulkan masalah. Merasa semuanya harus dia yang menolong. Sifatnya yang selalu ingin tahu juga kadang membuat Harry nggak pikir panjang untuk melanggar aturan bahkan sampai hampir merenggut nyawanya. Rasanya pengin gua keplak kepalanya sambil teriakin "Astaga woey gausah njir. Tidak semua hal harus kamu tahu!" saking keselnya wkwk.
Tokoh yang paling aku senangi di Wizarding World ini Hermione dan Professor McGonagall. Walaupun kadang Hermione sok banget, but hey, she’s logic. Dia yang selalu meluruskan dari kegilaan Harry Potter. Otak dan logikanya Hermione tuh jalan banget, beda dengan Harry yang main gas-gas aja tanpa tahu konsekuensi kedepannya.
Apalagi pas Harry ngide banget mau nyari Horcrux sendirian. Wajar kalo Ron marah karena Harry nggak punya rencana apa-apa. Sampe Ron bilang “Lah lu sok-sokan mau nyari horcrux sendirian, kirain udah tau mau kemana". Part berdebat hebat itu bikin aku tersadar dan bikin aku pingin ngomong lagi ke Harry: "harusnya lu bersyukur banget punya 2 sahabat yang loyal dan logikanya jalan kaya gini. Gausah sok-sok pahlawan lu nyari horcrux sendirian" wkwk. Karena tanpa Ron dan Hermione, aku yakin Harry udah mati di buku pertama.
Kalau Professor McGonagall, aku suka karena sifatnya yang nggak neko-neko. Dia tegas banget dan nggak pernah pilih kasih. Selalu adil sama siapapun. Dia juga tergabung dalam the Order of the Phoenix, jadi dia benar-benar sosok protagonis di tengah karakter lain yang masih banyak abu-abu wkwk.
Oh iya satu lagi karakter favoritku: Fred and George! Duo kembar Weasley ini juga salah satu tokoh yang paling memeriahkan sepanjang buku. Aduh, mereka charming banget! Kehadiran mereka tuh selalu bikin adegan jadi lebih berwarna dan menghibur.
Salah satu momen Fred & George favoritku:
Tokoh menarik lainnya adalah Professor Albus Dumbledore. Dari buku pertama hingga keenam, dia adalah salah satu tokoh protagonis favoritku. Dumbledore digambarkan sebagai sosok yang paling ditakuti Voldemort, cerdas, dan pembawaannya sangat tenang. Dia adalah profesor yang paling disegani dan disayangi semua professor dan murid-muridnya. Bahkan aku sempat nggak mau lanjut baca buku keenam karena tahu Dumbledore akan mati di akhir bukunya huhu (and yes, I was bawled at that part).
Tapi di buku ketujuh, J.K Rowling berhasil membolak-balikkan kepercayaanku terhadap Dumbledore. Aku yang semula percaya banget dengan Dumbledore, tiba-tiba menjadi skeptis. Ada masalah apa sih dia dengan keluarganya? Ada apa sih dia dengan masa lalunya? Kenapa sih dia mengorbankan Harry untuk membunuh you-know-who tanpa petunjuk yang jelas? Rahasia apa sih yang ditutupi Dumbledore?
Karena emang semasa hidup, Dumbledore nggak pernah cerita hal pribadi dan latar belakangnya kepada Harry. Baru setelah dia meninggal, bermunculan lah berita dan rumor yang bikin aku bener-bener bingung, jadi aku harus percaya siapa wkwk.
Baru deh semua pertanyaan tadi terjawab di akhir buku ke tujuh. Penasaran? Baca sendiri wkwk.
Kalau ngomongin kekurangan, ada satu hal yang cukup mengganjal: aku susah menggambarkan sejahat apa sih Voldemort? Sekuat apa sih dia? Semenakutkan apa dia sampai orang-orang nggak berani menyebutkan namanya? Jujur susah banget menggambarkannya. Karena heran aja, Voldemort yang kuatnya kaya gitu bisa kalah dengan Harry yang masih umur 1 tahun wkwkw. Apalagi tiap duel ketemu Harry, dia masih bisa cerita segala macem. Kenapa dia jadi begini, begitu. Tokoh antagonis yang baik banget ga tuh?
Dan lagi, dia bukan monster. Dia juga punya background manusia juga pada umumnya. Dia juga sekolah di Hogwarts, bahkan berprestasi dan banyak dicintai oleh guru di sana. Jadi menurutku ya dia memang hanya manusia yang punya ilmu sihir lebih dari yang lainnya.
Overall semua bukunya menarik untuk ditamatkan sih. Serunya tuh kita dibikin ikut menebak-nebak, karena di sepanjang bukunya kita diberi benang-benang merah yang akan tersambung di akhir bukunya. Walaupun polanya cerita tiap bukunya selalu sama: Harry selalu berhadapan dengan Voldemort di akhir semester genap (dan selamat), wkwk.
Sekarang mari kita bahas filmnya.
All I can say is: filmnya
menvisualisasikan Hogwarts dengan sempurna. Serius. Aku selalu berdecak kagum tiap melihat kastil Hogwarts dan seisinya. Kuno, magis, tapi keren! Apalagi Great
Hall ketika ada feast. Sekali jentik, semua makanan mewah muncul serentak di meja. Gokil wkwk.
Jujur kalo hanya membaca bukunya, emang agak bingung menggambarkan sekolah sihir Hogwarts. Mengambil latar di England dengan arsitektur kastil kuno, dengan cerita sihir dan makhluk-makhluk aneh yang nggak pernah ada di dunia kita, kayaknya nggak mungkin tergambarkan di benakku kalo nggak difilmkan.
Secara garis besar alur ceritanya memang sama, namun di filmya kehilangan banyak detail-detail yang menjadi benang merah di setiap adegannya. Banyak banget detail-detail cerita yang nggak diangkat ke layar lebar.
Pendalaman karakter di filmnya juga kurang banget. Rasanya kurang mantap nggak bisa
ngerasain gimana ngeselinnya Draco Malfoy, betapa dingin dan sadisnya
Snape, dan betapa tenangnya Dumbledore. Di filmnya, mereka nggak ada apa-apanya! Draco dan Snape jauuuuh lebih ngeselin di bukunya.
Persahabatan Harry, Ron, dan Hermione rasanya asik sekali untuk dikulik! Dalam arti persahabatan tiga anak SMA pada umumnya ya. Seru sekali menyimak tiga bocah tengil yang tinggal bareng di asrama, berpetualang bareng, berantem-berantem receh, dan kadang dicampur dengan komedi-komedi ringan. Terutama di filmnya, karena diperankan oleh tiga aktor cakep. Buset aku terkagum-kagum sama karisma Emma Watson wkwkw.
Source: reddit.com |
Source: wizardingworld.com |
Namun penggambaran sosok Ron di filmnya sangat kurang.
Kalau kalian hanya menonton filmnya, kalian akan terbayang The Golden Trio yakni Harry si pemberani, Hermione si cerdas, dan Ron si… bodoh, aneh? Si yang selalu berada bayang-bayang keluarganya? Sosok Ron jadi kurang stand out karena di film ia digambarkan hanya sebatas tokoh pendukung yang penakut dan ceroboh. Ron jadi tokokh yang “kecil” dan gampang minder karena punya sahabat orang terkenal, dan punya kakak-kakak kandung yang hebat-hebat.
Padahal menurut bukunya, Ron itu nggak kalah hebat dari kedua sahabat dan keluarganya. Ron adalah sosok yang cerdas, punya social skill yang piawai, friendly and humble, dan tentunya pemberani dan rela berkorban. Punya latar belakang magic sejak lahir juga membuatnya lebih pandai bersosialisasi dibandingkan Harry dan Hermione yang besar di keluarga Muggle. Bahkan J.K Rowling sampai menyebutkan "Ron's so easy to love" saking loveable-nya itu karakter.
Ada beberapa scene di buku yang nggak ada (atau malah diganti) di filmnya. Salah satunya di buku Prisoner of Azkaban berikut:
source: Aminoapps |
Aksi heroik Ron tiba-tiba diambil alih oleh Hermione. Iyasih, women empowerement. Tapi gara-gara itu Ron jadi terlihat semakin nggak ada apa-apanya. Padahal dalam bukunya, J.K. Rowling mau menunjukkan dedikasi Ron terhadap sahabatnya. Bahkan ketika kakinya cedera dan kesakitan, Ron masih berusaha berdiri dan belain teman-temannya.
Ada lagi momen yang (menurutku) nggak masuk akal, yakni momen perdebatan Ron dan Harry ketika mencari horcrux yang bikin Ron cabut dari geng. Di dalam buku, itu menjadi momen paling hening, pilu, dan menyesakkan buat dibaca. Harry kehilangan separuh jiwanya, Hermione mengurung diri dan nangis setiap hari, bahkan mereka berdua sama sekali nggak bertegur sapa selama ditinggal Ron.
Lalu kalian tahu seperti apa adegan di film? Begitu Ron pergi, Harry malah ngajak Hermione buat dansa lalu ketawa-ketiwi. Wkwkw anjir lah malah joget dong mereka berdua. Sungguh bukan momen yang pas menurutku.
Kematian Voldemort di film yang diilustrasikan bertebaran seperti debu juga agak aneh. Padahal di bukunya jelas tertulis bahwa ia mati menjadi mayat yang pucat, layaknya manusia biasa. Hal itu mengandung arti bahwa penyihir terkuat pun hanyalah manusia. Berbeda di film, mati lenyap bertebaran (seperti di Avengers Invinity War) menimbulkan kesan bahwa Voldemort cuma akan menghilang dan mungkin bisa kembali lagi suatu saat.
Aku juga lumayan kecewa karena ternyata di film nggak menjelaskan si Marauders. Padahal seri Prisoner of Azkaban hampir selalu berkutat berhubungan dengan si kuartet Moony, Wormtail, Padfoot, dan Prongs itu.
Dan banyaaak lagi hal-hal sederhana yang nggak dijelaskan (bahkan diubah) di filmnya. Kalo kalian baca forum-forum di internet, hampir sebagian pembaca merasa nggak puas dengan filmnya.
Perbedaan skrip ini rupanya karena script writer film Harry Potter, Steve Kloves, ternyata suka banget dengan tokoh Hermione sehingga dia sengaja menonjolkan Hermione dan mengesampingkan karakter Ron yang harusnya lebih kuat. Bahkan filmnya terkesan menjodohkan Harry dengan Hermione (marah bgt guweh! wkwk), padahal di buku Hermione lebih dekat dengan Ron.
Dan dengar-dengar, HBO akan mengemas ulang cerita Harry Potter dalam bentuk series. Mau dibuat versi yang lebih lengkap dan orisinil, katanya. Aku agak kurang setuju sih, karena pemeran film yang ini udah nempel banget di kepala semua orang. Daniel Radcliff, Rupert Grint, dan Emma Watson adalah sosok sempurna dari Harry, Ron, dan Hermione. Nggak ada yang bisa gantikan pokoknya (apalagi Emma wkwk).
Terlepas dari banyak kekurangan yang aku sebutkan tadi, aku lumayan puas dan terhibur dengan filmnya kok. Movies are great, but incomplete. Nonton filmnya sudah cukup bikin paham garis besar alur ceritanya. Namun kalo pengin mengulik lebih lanjut, nggak ada salahnya membaca bukunya supaya dapat gambaran utuh tentang Wizarding World dan semua karakter pemerannya. Aku cukup senang karena sudah membaca lengkap bukunya, jadi tetap bisa paham alur film dan background ceritanya walaupun banyak nggak dijelaskan di film.
Menurutku, membuat ulang film/series dari cerita yang sama itu semacam gambling. Penonton sudah menaruh ekspektasi yang cukup tinggi, apalagi standarnya adalah film sebelumnya yang visual dan pemerannya udah kece banget. Semoga tidak dibikin kecewa lagi.
Sekian review singkat dari potterhead sotoy satu ini wkwk. Sebenernya kalau dilanjutin bisa nih dapet dua hari ngomongin sekuel ini doang, saking banyaknya yang belum aku ceritain :))
Besok baca buku apa lagi ya? š
Next manga one piece! Wkwk
ReplyDeleteSaya belum pernah namatin bukunya atau ngikutin semua filmnya, tapi nonton film pertama sama terakhirnya udah hehe, lain kali deh coba baca novelnya dulu, baru maraton filmnya deh. Soalnya dikira ini bakal spoiler ternyata tulisan pengundang rasa penasaran. Keren wkwkwk
Wah one piece udah ribuan episodenya, bakal bertahun-tahun buat ngikutin ceritanya wkwk. Tapi kayaknya menarik sih š
DeleteBoleh dicoba tuh bang baca novelnya. Apalagi udah sempet nonton filmnya, pasti lebih gampang ngebayangin dunia hogwarts tuh kaya gimana. Btw, makasih bang! Ga nyangka tulisan receh ini bisa bikin penasaran ☺