Orientasi
Halo!
Bulan ini adikku sudah mulai masuk SMA, dan dalam waktu dekat bakal mengikuti ospek (atau dinamakan PLS di sekolahnya). Jadi mari kita ngobrol sedikit tentang ospek.
Di umurku yang sekarang, aku sempat beberapa kali mengikuti ospek mulai dari MOS SMP, SMA, universitas, fakultas, himpunan, ukm, dan sebagainya. Coba tebak, dari semuanya mana yang menurutku paling berkesan?
Bukan ospek pertama, bukan ospek yang terbaru juga, tapi ospek SMA.
Aku juga sempat heran kenapa ospek SMA begitu berkesan dibandingkan ospek jaman kuliahan yang harusnya udah lebih dewasa. Kalau ospek SMP yah gitu-gitu aja. Masih childish banget, namanya juga baru puber (mungkin aku belum puber malah wkwk). Nah ospek SMA nih yang cukup menarik.
Sebelumnya, kita bahas ospek kuliah dulu ya.
Ospek selama aku kuliah (ospek univ, fakultas, dll) menurutku masih kurang oke.
Ospek univ, karena pesertanya banyak banget (ribuan, atau malah belasan ribu), jadi acaranya ya formal aja tanpa konsep yang macem-macem. Salah satu agendanya ada kegiatan nginap di secaba (aku pernah cerita di sini). Seru sih, tapi lebih banyak gabutnya.
Beberapa waktu kemudian aku melaksanakan ospek fakultas. Selama 6 minggu kami ikut ospek setiap hari Sabtu dan Minggu.
Pagi-pagi buta jam 5 pagi kita sudah ngumpul di depan gedung FK buat cek kelengkapan ospek kayak topi, dasi, kartu nama, bekal, tugas, dll. Sambil ngecekin anggota kelompok udah dateng semua belum. Kalo belum, langsung dijemput sama anak-anak karena syarat masuk gedung itu anggotanya harus lengkap. Makanya PR banget kalo punya temen kelompok yang ngebo wkwk.
So far cukup normal walaupun lumayan menguras tenaga.
Namun yang paling aku heranin dari ospek tersebut adalah adanya komdis a.k.a komisi disiplin, yang isinya orang-orang bermuka galak dan hobinya bentak-bentak orang.
Jadi sederhananya, ada kakak baik dan kakak jahat. Tiap pagi sebelum masuk gedung, yang bertugas adalah kakak jahat a.k.a komdis. Tugasnya ngecekin kelengkapan sambil memaki nada tinggi. Kadang semua udah bener dan lengkap semua, masih dicarii aja salahnya kita apa.
Udah diem dan nggak cari masalah, masih aja ditegur "Heh ngapain? Ngelamun?!" Wkwk.
Setelah masuk gedung dan materi formal dimulai, gantian kakak baik yang bertugas. Sekalinya baik ya beneran baik. Seru-seruan, bercanda, ngasih hadiah, pokoknya mengayomi banget.
Kemudian pukul 2 tepat, pas lagi asik-asiknya main games bareng kakak baik, tiba-tiba kakak komdis dateng sambil marah-marah. "Panitia keluar!!" Pintu ditutup. AC dimatikan (lupa deng, dimatikan atau emang panas wkwk). Selama dua jam kita dimarahin habis-habisan. Entah mereka marahin apa. Nyuruh kitanya mikir logis tapi kadang kakak-kakak juga nggak logis. Sebenernya lagi bahas apa sih? Wkwk.
Awalnya kita sempat takut. Namun lama-lama karena polanya selalu sama, kita sudah kayak "halah hari ini apa lagii" (walaupun ga berani protes juga, namanya juga maba wkwk)
Masa-masa kelam wkwk |
Ospek himpunan pun kurang lebih sama. Dari pagi sampai sore kita dikelilingi kakak-kakak yang baik hati, sampai tiba-tiba tengah malam kita dibangunkan dari tidur untuk jalan menyusuri hutan sambil dibentak-bentak. I was like, what the fck?
Ya nggak heran kalau acara ospek seringkali memakan "korban" kesurupan. Heey, setan juga marah kalo lagi bobo digangguin suara teriakan kakak panitia jam 2 dini hari wkwk.
Aku ingat salah satu kejadian waktu ospek dulu. Tengah malam di hutan belantara, gelap gulita, kita disuruh baris satu banjar. Fokus, ga boleh tolah-toleh. Terus anak paling belakang diem-diem ditarik dan disembunyiin. Abis itu kakak-kakak marah, "Temen kalian hilang satu kok gak sadar? Kok ga dicariin? Mana, katanya kompak? Gini yang katanya solid?"
Lha, wong noleh aja ga boleh, ya terus gimana taunya coba? Wkwkw sumpah, topiknya bener-bener ga masuk akal dan terlalu dibuat-buat. Padahal nggak gitu cara ningkatin solidaritas (tapi yaudah aku nurut aja karena namanya juga anak baru wkwk).
Ntar ada yang ilang beneran di hutan baru deh kapok 🥲
Naah, ospek SMA (jamanku waktu itu) adalah cerminan masa orientasi siswa yang cukup ideal.
Pertama, goals-nya dapet. Mulai dari friendship, teamwork, disiplin, kekeluargaan, critical thinking, dan bahkan rasa memiliki tuh ada. Iya, seketika aku merasa bangga bisa menjadi bagian dari YPK (yang padahal dari dulu udah ypk wkwk).
Aku senang sekali merasa diterima dan dihargai selama ospek berlangsung.
Aku bisa dapat semua indikator pencapaian tersebut, dan semua itu tanpa perploncoan. Iya, tanpa bullying dan kekerasan verbal. Ternyata bisa lho haha.
Di ospek SMA, kakak panitia nggak akan marah tanpa sebab. Tegas iya, namun nggak sampai membentak tanpa alasan. Nggak ada divisi komdis a.k.a divisi marah-marah. Semuanya akan baik kalo kita disiplin. Kalo memang perlu marah, kakak-kakak bermuka sangar yang bakal turun tangan.
Aku nggak bisa pungkiri, angkatanku memang sering kena marah kok wkwk. Tapi kami sadar itu gara-gara kesalahan kami sendiri, dan kami mencoba nggak ngulangi lagi. (inget banget dulu ican ketiduran pas materi, alasannya "dingin". Panitia langsung dimatikan AC di aula wkwk syalan ican).
Kakak kelompok, ya benar-benar mengayomi. Walaupun nggak bisa selalu membersamai, namun kami tahu merekalah orang pertama yang kami hubungi kalau ada sesuatu.
Walaupun pas di sekolah mukanya judes banget, tapi kalau sudah nemenin adik-adiknya ngerjakan tugas ospek ya bakal jadi "manusia sewajarnya" saja. Humble.
Agak berbeda dengan yang kami alami waktu ospek kuliah kemarin. Kakak kelompoknya baik, suka jadi wadah cerita temen-temen. Tapi tiba-tiba pas besoknya ospek, semua kakak panitia tau cerita pribadinya dan diungkit di publik.
Lah ternyata cepu. Wkwk.
Kegiatan yang menurutku paling seru yakni outbond jelajah hutan di hari terakhir ospek. Iya, jelajah hutan yang bener-bener trekking, bukan jurit malam sambil dimaki-maki.
Itu salah satu kegiatan yang paling ngebangun teamwork, disiplin, bahkan persahabatan.
Selama trekking ada 10 pos, di mana masing-masing pos terdapat tugas dari kakak panpis. We're having so much fun!! Nggak perlu kakak panitia yang menguji, alam hutan yang dahsyat itu sudah cukup menguji kekompakan kelompok, maupun kekompakan antar senior-junior. Semuanya saling bahu-membahu agar sama-sama sampai di tujuan.
Rutenya bener-bener ekstrem. Tanah dan bebatuan super licin, tanjakan super curam, ditambah cuaca panas dan lembab, kemudian endingnya diguyur hujan lebat. Keluar dari hutan, we come back stronger than ever!! Wkwk. Sayang kelompok kami cuma sampai pos tujuh karena keburu azan dzuhur dan hujan deras.
Tugas yang paling aku suka dari ospek SMA adalah ide buku diary. Jadi setiap hari sebelum pulang, kita wajib menulis diary tentang kegiatan ospek hari ini. Setelah itu dikumpulkan dan kemudian dibalas sama kakak kelompok kita.
Walaupun sederhana dan mungkin terkesan childish, tapi rasanya asik banget bisa berbagi cerita. Apalagi aku suka nulis. Kutulis semua hal random yang terjadi di hari itu wkwk. Dan rasanya seneng juga diary kita dibalas kakak kelompok sambil disemangatin. Rasanya hubungan emosional antar kita anak baru dan kakak senior jadi lebih hangat dan intens.
Ada lagi secret mission mencari mr. X. Jadi sepanjang ospek berlangsung, kita dikasih petunjuk-petunjuk untuk menebak siapa mr. X di antara kakak panpis. Itu adalah easter egg yang menurutku asik bangeett sih. Sederhana, tapi sangat menghibur dan teamworknya tuh dapet.
Malam terakhir ospek ditutup dengan inagurasi (pas kuliah juga sih). Di penghujung acara kita dapat kejutan kecil. Kita yang biasanya membungkuk sambil menyapa kakak panitia, kali ini gantian mereka yang membungkuk bersama-sama dan mengucap salam ke kami. Small gesture yang menurutku bermakna banget :') Tandanya, kita sudah jadi bagian dari SMA. Sudah nggak ada lagi senior-junior, yang ada ya kita ini YPK.
Aku sampai menangis sedih gara-gara nggak jadi nginap lho. Sehebat itu bonding kita dengan kakak panpis, haha.
Minusnya cuma ospekku saat itu masih agak memeras duit wkwkw. Kadang ada beberapa kakak panitia yang request dibelikan kado/cokelat silverqueen sebagai syarat tanda tangan. Walaupun murah, tapi lama-lama kerasa juga di kantong wkwk.
Saking berkesannya ospek SMA-ku, aku sampai ceritain panjaaang di blog. Hahaha (lalu dikomen kakak panpis, aduh malu haha)
Makanya sewaktu kuliah dan melihat konsep ospek yang kuno itu, aku pengin bilang "sebenernya ospek tanpa perploncoan itu bisa lho." Ayolah 🥲
Banyak faktor yang bikin ospek-ospek tersebut terasa berbeda. Mulai dari rasio anggota dan panitianya, tradisinya, lingkungannya, hingga kondisi keuangan organisasinya. Namun bagaimanapun juga, aku bersyukur sudah bisa melewati semua hal tersebut. Nggak bisa dipungkiri, ospek memang selalu jadi wadah buat kenal dan dekat satu sama lain, karena memang di situlah kita pertama kali ketemu.
* * *
Begitu lah, masa orientasi memang harusnya menyenangkan. First impression itu penting bukan? Kalau kita baru masuk udah diperlakukan nggak baik, kedepannya impresi kita juga nggak baik.
Yang namanya masuk ke dunia baru, pasti kita nggak tahu apa-apa. karena itulah ada orientasi. Yang nggak ngerti, dijelaskan. Yang salah, dibenahi. Yang senior memberi contoh.
Anak baru itu biasanya buta arah, butuh dirangkul. Siapa lagi yang bisa merangkul kalau bukan kakak-kakaknya? Kalau sampai ada senior yang menjadikan keluguan anak baru sebagai bahan lelucon, wah tidak patut ditiru sih.
Sekarang sudah berselang sepuluh tahun sejak aku ospek di SMA. Sepertinya ospek di sekolahku sudah semakin keren, karena aku percaya nilai-nilai baik dan kreatif itu pasti bakal terus mengalir ke tiap angkatan. Semoga orientasi bisa selalu menyenangkan dan bermanfaat!
Bagaimana cerita ospek kalian? :)
Nostalgia bangett! baru sadar emang the best ospek pas SMA ini
ReplyDeleteYup! Jaman SMA kayaknya memang serba menyenangkan ☺
Delete