Marah Secukupnya
Bontang, 18 Januari 2022.
Hari ini tercatat dua hari sudah pikiranku kacau. Rasanya ingin marah. Ingin hilang sejenak.
God pls tell me. How to deal with anger?
Egoku semudah kata "maaf" kok. Mau sebesar apapun kesalahanmu, asal kamu tahu itu adalah hal yang salah kemudian kamu minta maaf, aku akan memaafkan dengan sangat lapang dada.
Yang tidak bisa aku terima, ketika orang lain bicara dengan mudahnya tanpa tahu kalo ada yang sakit hati mendengarnya.
Prinsipku adalah, jangan bertindak atau memutuskan sesuatu ketika emosimu sedang tinggi. Entah itu sedang marah, sedih, kecewa, bahkan gembira sekalipun. Karena menurutku, apa yang kita putuskan atau lakukan saat itu adalah berdasarkan hati, bukan akal sehat.
Saat ini aku sedang marah. Rasanya ingin kumaki-maki semua orang. Kumisuhin satu-satu, ku janc0k-j4nc0kin sambil kutoyor kepalanya. Asli.
Tapi aku sadar. Perkataan biadab dan uncensored yang ingin sekali aku lontarkan ini tidak akan menyelesaikan amarahku. Justru akan menambah buntut panjang permasalahan. Hubungan yang sudah dijalin baik sejak dulu akan menjadi renggang, dan susah kembali baik.
Saat ini aku cuma ingin: diam, sendiri, dan hilang. Sampai aku waras kembali.
Sekilas memang terdengar seolah aku lari dari masalah. Tapi tolong biarkan aku mengurai emosi ini dulu, tolong.
Tunggu sampai aku mulai kembali waras dan sadar bahwa amarahku kemarin adalah hal bodoh. Tunggu sampai aku kembali bisa berpikir jernih dengan logika, bukan emosi. Tunggu hingga aku bisa memaafkan diriku, maka aku juga bisa memaafkan orang lain.
Sampai waktu tersebut tiba, tolong jangan ganggu aku. Gimme some space.
Ketika tak ada satupun kata yang bisa terucap, air mata mengungkapkan ribuan makna. Hati-hati dengan orang yang tidak banyak bicara tapi diam-diam menutupi tangisannya. Bisa jadi dia lebih marah/sedih dari yang kalian duga.
Tuhan, maafkanlah aku. Maafkanlah teman-temanku. Biarkan hamba menguraikan amarah ini.
Comments
Post a Comment
Apa pendapat kamu? Yuk sharing! :)