Derawan, Surga di Belantara Kaltim
Halo! Kali ini aku mau sharing pengalaman liburanku kemarin ke Pulau Derawan, Kaltim.
Nama Derawan pasti udah nggak asing di telinga orang Indonesia, khususnya kita-kita sebagai orang Kalimantan. Pasir putih, laut bening, terumbu karang, dan berenang bareng ubur-ubur… Siapa sih yang nggak ngiler pingin kesana?! Tapi jujur aja dari dulu belum pernah terbesit pikiran untuk main ke Pulau Derawan, karena di dalam bayanganku Derawan itu jauuh buanget. Ke Balikpapan aja kadang mabok, gimana ke Derawan?
Tapi akhirnya liburan kemarin angan-angan itu jadi kenyataan. Papa yang emang hobi exploring itu ngajakin sekeluarga ke Derawan. Antara seneng dan takut. Aku belum pernah menjelajah ke arah utara kalimantan, karena biasanya cuma Samarinda-Balikpapan dan langsung cus ke Jawa atau Sumatera wkwk. Cupu, I know..
Aku pun iseng googling jarak dari Bontang ke Derawan.
Hampir 14 jam. I’m like “Daaaaaaaaaamnnn!”
Aku langsung ciut ngebayangin perjalanan yang memakan waktu lebih dari setengah hari itu. Fyi, akses jalan di Kalimantan dan di Jawa itu beda banget. Jalanan Kaltim itu naik turun (berbukit), berhutan, berbatu, dan bahkan ada yang bertanah licin gara-gara rusak parah. Paraaah.
Tapi ujung-ujungnya tetep mau aja sih, hehe. Malu dong, masa anak Kalimantan belum pernah ke Derawan?
Dan hari Sabtu jam 5 subuh aku sekeluarga + tamimi + temen kerja papa berangkat dari Bontang. Kita udah prepare banget tuh mulai dari nasi, popmie sekardus, aqua sekardus, dan jajan-jajan lainnya. Buset, berasa mau camping banget ya ini? wkwk
Kalo nggak salah, berikut rute kita : Bontang - Sangatta - Muara Wahau - Berau - Tanjung Redeb - Tanjung Batu. Atau entahlah, aku juga bingung soalnya semuanya hutan.
Tapi 14 jam perjalanan itu menyajikan pemandangan yang berbeda-beda lho! Sebagai contoh, 2 jam pertama kita bakal liat area pertambangan batu bara di kiri kanan jalan, lengkap dengan truk batu baranya. Setelah itu kita disuguhi pemandangan hutan belantara (as always…), dan nggak lama ada perkebunan sawit yang luas. bukan cuma beberapa, tapi buanyak! Bayangin dah tuh berapa lebar hutan kalimantan yang dibuat kebun sawit. Dan beberapa jam kemudian kita juga lewatin hutan yang lagi gugur berasa autumn di luar negeri gitu hihi. This trip was somehow interesting!
Dan yang terpenting: jarang banget ngelewatin perkotaan. Boro-boro kota, perkampungan aja jarang. Bahkan beberapa kali di suatu daerah, mobil kita nggak ada papasan sama mobil lain, alias jalanan sepi..pi..pi!
Aku akui (dan teman-teman juga mengakui), papa hebat bangeD pake d bisa nyetir sendirian ke Derawan, nonstop selama 14 jam! Papa nggak ada istirahat sama sekali, paling cuma berhenti untuk sholat dan makan.
Alternatif lain selain naik bumbum 14 jam adalah naik ngeng-ngeng alias pesawat. Kalau dari Bontang, harus ke Balikpapan dulu (yah muter dong) baru naik pesawat ke Berau dan lanjutin perjalanan darat ke Tanjung Batu selama 3-4 jam.
Tentu kita nggak pilih itu karena itu cuma buat kalangan orang kelebihan uang.
Setelah perjalanan panjaaaaaang, akhirnya jam 18.30 kita nyampe di dermaga Tanjung Batu. Its literally 14 hours, guys…. Dan perjalanan belum selesai disitu. Kita parkir mobil di dermaga dan ngelanjutin perjalanan naik speedboat ke Pulau Derawan. Karena kita bermalam di Derawan, kita bersebelas nyewa speedboat 3 hari 2 malam dengan harga 3,5 juta. Jadi, speedboat inilah yang akan bawa kita besok keliling Derawan sampe balik lagi ke Tanjung Batu.
Naik speedboat sih ya gitu, biasa aja. Tapi berhubung udah malem, suasana jadi gelap gulita. Bayangin dong, di lautan sendirian? (Maksudnya cuma speedboat kita sendiri). Udah gitu, hujan pula. Bahkan sang supir itu sempet beberapa kali kebingungan gara-gara nggak nemu pulau yang kita tuju. Mimik pun ketakutan parah karena dia agak paranoid gelap-gelapan di laut. Aku langsung keinget film Life of Pi yang hilang di lautan selama berbulan-bulan. Hiii, anjirlah.
Akhirnya setelah sekitar 1,5 jam di speedboat kita sampe di Pulau Derawan, dan langsung cus berburu hotel. Penginapan di sana ada banyaaak banget macemnya, mulai dari penginapan di daratan, penginapan terapung, penginapan dari harga murah sampe untuk kalangan borjuis. Kita yang jauh-jauh kesini, jelas nggak mau dong ngelewatin kesempatan buat nginep di hotel terapung. Pinginnya besok pagi begitu bangun langsung pemandangannya laut, kayak di Maldives gituu wkwkw (dasar, termakan vlognya ariptipang wkwk). But you know what? Bahkan di saat malem perairan Derawan kelihatan jernih banget! Sumpah jadi nggak sabar pingin lihat gimana keindahannya besok pagi :))
Oh iya, walaupun dikata hotel terapung yang pondasinya serba kayu, tapi fasilitasnya lengkap guyss. Ada AC, shower, air panas, bahkan ada balkonnya. Kurang seru apa nih liburan kali ini?
Minggu, 22 Januari 2017, pagi-pagi turun hujan. Jadi kita cuma gelundungan di kasur sambil nunggu reda. Sedih banget gak sih, jauh-jauh kesini tapi hujan? :( Tapi semua hujan itu nggak ngurangin semangat kita untuk jalan-jalan wkwk. Akhirnya kita keluar dan keliling-keliling sekitar hotel.
Dan pemandangannya………………….. amazing banget!!! Begitu keluar kamar, kita disambut dengan lautan yang jernih kehijauan, dan penyu-penyu berkeliaran di bawah hotel kita! Si papa sama Rasyid malah saking semangatnya langsung nyebur dan berenang bareng penyu hihi. Belum selesai takjubnya, eh lewatlah ikan-ikan hias lucu yang lagi “hangout”. Nggak cuma itu, kita juga ketemu ular laut, ikan pari, ikan-ikan lain, bintang laut, dan banyaaaak lagi biota laut yang bikin kita serasa di seaworld. Seruuuuw!
(PS: Maaf nggak punya banyak stok foto, waktu itu nggak kepikiran kalo mau ngeblog wkwk)
demi apa ada penyu keluyuran gini |
Waktu kita mau jalan-jalan di pulaunya, si om supir keburu ngajakin buat keliling ke pulau-pulau lain yang nggak kalah eksotis. Yaudah cus lah.
Pulau pertama yang kita datengin adalah Pulau Maratua. Perjalanan kesana memakan waktu sekitar 30 menit naik speedboat. Belum juga sampe, aku udah girang bangeeeet. Secara, dari jauh pulau ini udah luarr biasa. Lautnya super bening dan warnanya TOSCA !!!! Tentu aku yang penggila tosca ini excited bangett wkwk. Ni pulau aesthetic banget bro!
Konon katanya pulau ini adalah favorit bule-bule (ini favoritku juga, apakah aku bule?). Tapi harga penginapan di sana emang gila banget, yakni sekitar Rp 1.200.000 per hari per kepala. Per kepala guys, bukan per kamar! Mau jadi apa kita kalo ada sebelas kepala nginep disana? Ya wajar sih kalo ini bukan favorit pribumi untuk tinggal wkwk.
Karena kepotong waktu hujan tadi pagi, akhirnya kita nggak bisa lama-lama di Maratua dan lanjut ke pulau berikutnya. Naah, pulau selanjutnya ini pasti enggak asing di telinga kalian karena emang jadi ikon yang paling dibangga-banggakan dari Derawan. Wisata yang terkenal di pulau ini adalah wisata berenang bareng ubur-ubur tanpa sengat. Uhuy, di mana lagi kalo bukan di Pulau Kakaban :3
FYI, pemandangan laut di tiap-tiap pulau ini unik banget loh. Di Maratua tadi, kita bisa ngelihat lautnya berwarna tosca. Di Kakaban ini beda lagi, warnanya hijau tua persis kaya sirup melon gitu. Tapi tetep jernih puool. Ya mungkin itu juga yang jadi daya tarik masing-masing pulau ya.
Khusus Kakaban ini kita nggak berenang di pantainya, karena daya tarik utamanya ada pada Danau Kakaban yang ada di tengah-tengah pulau. Untuk ke danau Kakaban, kita harus jalan ngelewatin hutan dulu. Tenang, nggak jauh kok, hanya sekitar 300 meter. Selain itu udah disediain akses tangga dari kayu, jadi nggak perlu ngebayangin bakal “outbond” di belantara sana.
Waktu tiba di danaunya, aku sempet kagum sekaligus heran juga. Ini pulau kok di tengah-tengahnya ada danau? Kalo aku bayangin bentuk pulau ini kayak donat gitu, yang bolong di tengah wkwk. Well, ternyata ada penjelasan di balik itu semua.
Berjuta-juta tahun yang lalu, Danau Kakaban awalnya merupakan cekungan dari atol, dan selama beberapa ribu tahun terjadi proses pengangkatan sehingga terumbu karang naik dan air terjebak di cekungan itu. Setelah itu, hujan mengguyur selama ribuan tahun dan ikut tertampung di danau itu, yang menyebabkan air yang awalnya asin menjadi air payau.
And voila! Jadilah Danau Kakaban. Ekosistem danau yang unik ini menyebabkan munculnya habitat endemik yang berbeda pada kebanyakan danau lainnya di dunia. Danau ini ditinggali berbagai macam biota laut yang mengalami evolusi selama terkurung di dalamnya, sehingga punya sifat dan tampilan yang berbeda dengan spesies sejenisnya yang berada di laut.
Begitu kira-kira cerita yang aku dapat dari dinas pariwisata setempat dan hasil browsing di internet.
Danau yang kaya gini cuma ada DUA di dunia, guys. Yang satu Danau Kakaban ini, dan satunya lagi di Kepulauan Palau, Micronesia. Oke sebagai rakyat Indonesia, kali ini kita boleh bangga. (Jangan telolet dan younglex doang yang kalian bikin banggain, itu mah gak penting)
Peraturan berenang di danaunya nggak sembarangan loh. Nggak boleh pake sunblock, nggak boleh pake kaki katak, nggak boleh lompat dan rusuh di danau, dan banyak lagi larangannya. Emang keliatannya ribet sih, tapi kita juga sadar diri karena ini warisan dunia yang wajib dijaga bersama.
Dan inget guys, ubur-uburnya jangan diangkat ke atas permukaan air ya!
Aku nggak berenang karena (you know lah) gua gabisa berenang wkwk, apalagi di air tawar yang dasarnya nggak kelihatan. Jadi aku cuma nikmatin pemandangan di atas sambil sesekali liat ubur-ubur yg keluyuran sana-sini. Btw aku nemuin ubur-ubur transparan yang ektra kyutee karena (it’s literally) tembus pandang!
Stop stop aku ga kuat ngehadepin yang lucu-lucu lagi. Mereka semua terlalu lucu buatku, aku ga sanggup.
(image source : www.topindonesiaholidays.com) |
Puas main sama ubur-ubur, kita lanjut lagi ke pulau berikutnya : Pulau Sangalaki.
Sangalaki ini adalah pulau terakhir sebelum kita balik ke Derawan. Menurutku, pulaunya peaceful banget. Suepii, dan pastinya berpasir putih dan laut jernih (Kali ini warna lautnya biru cerah!). Denger-denger, Sangalaki ini surga banget buat diving karena kamu bisa berenang bareng hiu-hiu. Keren banget gak sih?
Ah entah udah berapa kali aku kagum hari ini. Hampir semua hal yang aku lihat disana sangat eksotis sehingga gabisa berhenti kagum wkwk.
Di sana ada tempat penangkaran penyu, dan kita sempet main ke sana. Beruntung, di sana lagi ada baby-baby penyu yang lagi dikarantina dan kita boleh pegang. Bayi penyu itu bakal dikarantina sampe udah cukup dewasa buat dilepas di lautan. Aaaw cutieee
Hari udah sore, akhirnya kita balik lagi ke Pulau Derawan. Gua udah tepar sih, tapi papa sama Rasyid masih asik berenang di laut wkwk. What a great dayy!
Besok pagi, kita sarapan dan naik speedboat balik ke Tanjung Batu. Well, very nice to meet you Derawan! See u soon!
Dua hari emang belum bisa menggambarkan semua keindahan di Kepulauan Derawan, tapi adalah suatu kebanggaan bisa ngunjungin wisata yang selalu dipuji-puji orang ini. Pokoknya seneng banget bisa ngunjungin Derawan yang notabene wisata di daerah sendiri. Andai jalanan di Kalimantan bisa lebih bagus lagi, pasti bakal jadi primadona yang nggak kalah sama Bali. Tapi kalo kata pepatah, “no pain no gain”. Hal-hal yang indah, semua butuh pengorbanan kan?
Semoga Derawan selalu terjaga kearifannya, dan jadi idola di kalangan turis lokal maupun mancanegara ya. Keep humble, Derawan. I’m your huge fans.
Salam traveling,
@fghaessani
bocah yang lahir dan besar di Kalimantan Timur
wkwk yupp, sebenernya masih banyak tempat-tempat yg bagus buat dieksplor. Tapi ya gitu, transportasinya susah wkwk. Hal yang indah emang butuh perjuangan haha
ReplyDeleteSalam kenal juga^^