Perkenalkan,

Halo! Mumpung malem ini lagi “agak kosong” karena matkul PPB besok diundur, aku pingin ngetik ngetik sedikit di blog yang sudah berdebu ini.

Kali ini aku akan cerita tentang beberapa temanku —yang nggak akan kusebutkan namanya— yang menurutku emang pantes buat aku ceritain. Kenapa nggak boleh ngasih tau namanya? Karena aku takut kalo aku sebutkan namanya, mereka jadi besar kepala haha.

Kalian nggak perlu tau namanya. Tapi kalo pingin nebak, silahkan. Intinya, tulisan ini bertujuan untuk memberi tahu kalian betapa hebatnya mereka dan betapa bangganya aku punya temen seperti mereka.

This is my kind of ngomongin orang di belakang. Wkwk.

Teman yang pertama, dia adalah ex-schoolmate ku. Dari dulu aku kenal, dia memang baiknya parah. Dia literally nggak bisa marah! Kalau misalnya ada hal yang sangat-sangat bikin jengkel, dia masih bisa nge-handle amarahnya dengan sangat-sangat baik.

Dari SMA, dia memang sudah berprestasi. Prestasi nonakademik sih lebih banyaknya. Kalo bidang akademik, menurutku dia beti-beti lah sama aku haha. Dia senang sekali menekuni bidang seni, bahkan dia sudah sering berkelana luar kota untuk lomba. Kalian harus bayangkan, gayanya kalo sudah menggemakan puisi itu emang mengerikan. Ya walaupun aku sendiri belum pernah nonton dia tampil secara langsung. Itu kata temen-temen aja.

Sudah mulai kagum? Sabar, masih banyak lagi hal yang bisa dikagumi setelah ini.

Semenjak menginjak kuliah, kemampuannya berkembang sangat pesat. Dia mulai masuk ke banyak organisasi yang menuntunnya untuk mengembangkan diri.

Menurutku dia bener-bener seperti air, yang bisa membawa diri kemana saja tergantung situasi dan jenis kawannya. Menjadi serius, bisa. Menjadi hangat, bisa. Menjadi gila, bisa banget! Wkwkw. Itu yang menyebabkan dia punya banyak temen baik dimana-mana.

Aku sendiri merasa nyaman ngobrol sama dia. Entah dia nyaman juga atau enggak waktu ngobrol sama aku wkwk. Semua bahan mulai dari hal-hal penting, permasalahan dunia, politik, kehidupan sehari-hari, kehidupan organisasi, hingga review novel sejarah, dia bisa membawakannya dengan baik sehingga semua hal terasa seru buat dibicarakan.

Dan semakin hari, aku bisa lihat dia semakin berpotensi. Sekarang ini dia lagi menjabat di posisi yang cukup kece di kalangan mahasiswa fakultas. Bisa dianalogikan, kemampuannya itu sudah mencapai level 120 sedangkan aku level -5 alias minus lima saking nggak bisa apa-apa dibandingkan dia.

Tapi sekali lagi, di situlah kehebatannya. Di saat posisinya sekarang yang sudah “Grand Master” itu, dia masih sangat bersahaja. Aku nggak pernah liat dia mengeluh. Karena dia tau, menjadi seperti ini adalah pilihannya juga.

Sejauh yang aku tau, dia masih sering sholat Dhuha dan rutin ngaji (kalo nggak pergi atau ketiduran wkwk). Dia juga rajin puasa senin kamis. Sekalian hemat, katanya. Waktu bulan Ramadhan dia juga beberapa kali ngajakin sholat subuh di masjid. Kalo nggak ada dia, aku tau aku bakal ngebo nggak berfaedah sampe siang. Dia bener-bener memberi banyak pengaruh positif buatku.

Yang bikin aku makin kagum adalah dia masih mau menjawab pertanyaan-pertanyaan bodohku seputar kuliah dan organisasi “SC itu kerjaannya ngapain ya?” “demisioner itu apa?” dan banyak lagi. Itu adalah pertanyaan yang bahkan nggak pernah aku lontarkan ke orang lain karena aku tau orang lain bakal menjawab sambil merendahkan, “hah masa gitu aja gatau?!”.

Dia seolah bener-bener menuntun aku dari nol dengan sabar.

Jujur, dia nggak pernah nyindir aku karena sering gabut di kosan. Di saat orang lain “Kok kerjaanmu tidur doang sih fet, makanya ikut organisasi sana”, “kuliah pulang kuliah pulang mulu, apatis banget”, “ikuto UKM fet, biar nggak suram di kosan”.

Meanwhile, she made it into positive way, like “kamu sibuk gak fet? Ini nah ada lomba poster, coba aja ikutan”. Pernyataan itu membuat aku yang awalnya males-malesan jadi semangat untuk cari kegiatan, bukan justru menjatuhkan. Dia juga nggak pernah mengitimidasi, karena menurutku dia sudah paham bahwa manusia itu emang diciptakan berbeda-beda, dari fisik hingga tujuan hidup. Dia nggak pernah memaksakan visi misi hidupnya pada orang lain. Aku terharu :')

Dan karena semua kesibukan yang sudah kuceritakan tadi, dia memang jadi jarang sekali kelihatan. Bahkan chatku pun jarang dibales. Tapi selain itu, sama sekali nggak ada yang berubah darinya sejak dulu. Baiknya masih sama, gilanya masih sama, pinternya masih sama. Dia hanya perempuan ceria yang akan selalu berkembang dan bersahaja.


Naah temanku yang kedua, dia seorang perempuan juga. Banyak hal yang bikin aku kagum sama dia.

Akademik? Pinter sih parah.
Aktif di kelas? Nggak usah ditanya.
Organisasi? Jalan terus, nggak pernah absen.
Perkembangan teknologi? Hampir nggak pernah ketinggalan.
Ramah? banget.
Dermawan? Alhamdulillah iyaa.
Kreatif? Iya juga.

Apa lagi ya? Coba sebutkan semua hal —apapun itu— dan aku yakin dia mahir di bidang itu. Intinya, nggak ada hal yang nggak bisa dia lakuin. Mungkin menurutku hal yang nggak dia tekuni itu seputar seni musik. Tapi aku yakin bukan karena dia payah, tapi dia cuma nggak mau nunjukin kehebatannya.

Kalo kalian perhatikan, jiwa kepemimpinannya itu kelihatan jelas. Di berbagai situasi, di saat semua orang hopeless dengan keadaan, dia datang dengan nalurinya yang seolah bilang “Let me handle this”. Kapal yang berlayar tak terarah tadi pun akhirnya diatasi oleh seorang nahkoda: Dia.

Ngobrol bareng dia selalu menambah ke-impressed-an ku (Halah, kekaguman maksudnya. Pake dicampur-campur segala sih bahasanya wkwk). Because she is not only what you see. Di balik sosoknya yang pinter, ramah, dkk itu ternyata di dalamnya dia jauh jauuh lebih hebat dari itu. Dia sepertinya memang nggak mau nunjukin kehebatannya wkwk, karena nanti semua orang bakal minder.

Pernah di suatu hari dia cerita. “Fet aku punya usaha itu bareng temen aku. Sebelumnya aku juga udah usaha ini dari 1,5 tahun yang lalu. Dst dst…”

Dia cerita panjang lebar tentang passion dan cita-citanya yang luar biasa. Aku juga dengerin dengan antusias. Baru berhenti dan bernafas beberapa detik, dia kembali melanjutkan,

“Fet aku juga kepikiran buat usaha gini… dst dst”

Gimana nggak takjub cobaa? Seolah-olah di kepalanya muncul banyak sekali ide-ide gila yang luar biasa, seakan nggak ada habisnya dikeluarkan. Dan yang kerennya lagi, idenya itu bener-bener dia realisasikan. Jatuh bangunnya dia hadapi, lika likunya dia lewati demi mewujudkan ide-idenya, dan dia nggak pernah tinggi hati sekalipun. Wow, such a talented person.

Dan banyaaak lagi obrolan-obrolan ringan tapi justru semakin menambah takjub terhadap sosok periang itu. Aku sampe bingung nulis yang mana, haha.

Setelah kuceritakan singkat tentang dua orang tadi, mungkin kalian bisa bilang, “Ah mereka itu biasa. Aku punya temen yang jauh lebih sukses  dan lebih hebat dari mereka”. Iya aku tau, mungkin mereka memang belum apa-apa dibanding presiden amerika atau artis dunia. Tapi justru yang bikin aku bangga adalah di balik sifatnya yang luar biasa itu, mereka masih mau berteman dengan aku yang gabisa apa-apa ini.

Kelak aku yakin merekalah wajah-wajah yang akan kamu lihat di TV, koran, internet, dan dimana-dimana.

Good luck for u guys!

Comments